Profil Saya

Foto Saya
Agus Sunantyo
Staff Pengajar di SMA Negeri 1 Tanjung Selor Masa kerja : 26 Juli 1989 - sekarang, Mengajar : Sejarah dan Geografi, Pembina Ekskul : KIR,Basket,Karate
Lihat profil lengkapku

Materi Sejarah

1. Kelas XII
2. Kelas XI
3. Kelas X

Materi Geografi

1. Kelas XI IPS
2. Petrologi batuan beku
Diberdayakan oleh Blogger.

Entri Populer

Followers

Sabtu, 14 Maret 2015
PicturePernyataan Seruduk Mbok Di Laut Menunjang Wisata Budaya Wakatobi sesungguhnya adalah suatu akronim dari eksistensi adat Serumpun, Duwata, Kanal Kampung dan Mbok Ma di lao yang menjadi ciri khas dari suku Bajo.

Beberapa waktu lalu, melalui sebuah penelitian awal bersama instruktur kami dari LIPI dalam event Perkemahan Ilmiah Remaja Nasional XIII, kami mendapati bahwa Wakatobi memiliki potensi wisata budaya yang melekat, khususnya di Kampung Bajo (Bajo Village), Mola Selatan.

Adapun hasil dari penelitian kami berikutnya kami rangkum ke dalam sebuah tulisan, seperti berikut:

ADAT SUKU BAJO MOLA SELATAN: Mbo Ma Di Lao , Serumpun, Duwata, dan Kanal Kampung  Menunjang Wisata Budaya Wakatobi

A. Latar Belakang
  • Wakatobi sebagai cagar biosfer memiliki keunggulan dalam sektor pariwisata berbasis lingkungan bertumpu pada sumber daya kelautan. Keterkaitan kelautan yang berkembang di Wakatobi tidak terlepas dari suatu budaya yang berkembang dan memiliki peran tersendiri dalam wisata budaya kelautan.
  • —Budaya dan pariwisata berkaitan erat karena budaya mempengaruhi prospek dari kegiatan pariwisata bukan hanya tempat pariwisata kelautan saja yang dapat menarik wisatawan untuk berkunjung,  tetapi juga sebagai akibat dari pengaruh keberadaan budaya setempat yang menarik wisatawan untuk berkunjung.
  • —Aktivitas keberlangsungan potensi kelautan Wakatobi dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satu diantaranya keberadaan Suku Bajo.  Secara history, Suku Bajo dikenal dengan suku pengembara dan dikenal juga sebagai suku yang bergantung kehidupannya dengan memaksimalkan hasil laut. Hal tersebut berbeda dengan yang ditemui di Mola Selatan, Suku Bajo telah bermukim di pesisir.
  • Sebagai wisata budaya, Suku Bajo memiliki adat yang turut menunjang kelautan Wakatobi, diantaranya: Mbok Ma di Lao, Serumpun,  Duwata, Kanal Kampung


B. Rumusan Masalah
—Dalam kehidupan Suku Bajo terdapat adat budaya mbo ma di lao, serumpun, duwata, dan kanal kampung merupakan tradisi yang menunjang wisata budaya Wakatobi.
  1. Bagaimanakah gambaran adat budaya Suku Bajo di Mola Selatan?
  2. Bagaimanakah adat Mbo Ma di lao, serumpun, duwata dan kanal kampung turut menunjang wisata budaya Wakatobi?


C. Tujuan dan Manfaat
—Untuk memperoleh gambaran adat budaya Suku Bajo dalam turut menunjang wisata budaya Wakatobi
—Penelitian bermanfaat
  • Peneliti: Mengetahui gambaran adat budaya Suku Bajo
  • Suku Bajo: Memberikan informasi untuk mengembangkan potensi wisata budaya
  • Pemerintah: Sebagai bahan pertimbangan awal dalam mengambil kebijakan


Picture
D. Kerangka Konsep

  • Adat Suku Bajo adalah suatu keyakinan yang masih diritualkan oleh Suku Bajo
  • Wisata budaya adalah jenis wisata yang bertumpu pada budaya
  • Mbo ma di lao adalah roh leluhur yang menguasai lautan
  • Serumpun adalah kekerabatan dalam Suku Bajo yang sudah menginternalisasi/mendarah daging disetiap diri Suku Bajo.
  • Duwata adalah tarian ritual pengobatan yang dilakukan di laut
  • Kanal kampung adalah terusan yang dibuat sebagai jalur transportasi dan mengelilingi rumah

E. Metodologi Penelitian
  • —Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif
  • Teknik pengumpulan data
  1. ØKepustakaan
  2. ØObservasi
  3. ØWawancara dengan pedoman wawancara tidak terstruktur
  • Identitas Narasumber, meliputi tokoh adat, tokoh masyarakat, kepala desa, Karang Taruna, Mantan kepala Desa, dan masyarakat setempat.


F. Analisis dan Hasil
GAMBARAN ADAT SUKU BAJO DI MOLA SELATAN
  • Suku Bajo merupakan suku yang tinggal di wilayah laut dengan cara menancapkan kayu bakau sebagai tiang untuk membangun rumah panggung. Dengan adanya perkembangan jaman, mendorong Suku Bajo untuk membuat rumah tidak hanya dari kayu.
  • Suku Bajo yang  bermukim di Mola Selatan yang berasal dari desa Mantigola  sejak peristiwa DI/TII
  • Suku Bajo merupakan suku pengembara yang terdiri:
  1. Sakai: kelompok yang mencari kehidupan layak dengan seluruh keluarga
  2. Pongka: cara bertahan hidup dengan menjadi nelayan dengan pergi melaut berhari-hari
  3. Palilibu: cara nelayan pada umumnya (nelayan harian)
  • Paradigma yang tersusun di Suku Bajo sebagai kekuatan laut dengan istilah lao ta (di laut kita) cenderung menganggap darat sebagai penyakit
  • Mereka bermukim di Mola Selatan sebagai akibat dari sakai
  • Di Mola Selatan memiliki tiga leluhur utama, Mbo Sualami, Mbo Sadung, Mbo Bakar

PERUBAHAN PERILAKU SAAT SUKU BAJO MENETAP DI PESISIR
  • Suku Bajo identik dengan kekuatan bertahan hidup di laut, ketika Sakai di Mola.
  • Pemerintah mendorong Suku Bajo untuk bermukim di pesisir dengan menawarkan akses pendidikan dan kesejahteraan yang lebih layak
  • Secara tidak langsung pemerintah mereduksi budaya Suku Bajo, misalnya sakai dan duwata yang mengalami perbedaan makna.
  • Saat ini, mereka tidak dapat melakukan sakai dan menetap di Mola. Duwata dijadikan sebagai tarian selamat datang.

ADAT Mbo Ma di Lao  SUKU BAJO
  • Suku Bajo memiliki keyakinan mengenai keberadaan roh leluhur yang berada di laut, yang disebut mbo ma di lao (nenek di laut)
  • Suku Bajo percaya mbo ma di lao dapat diyakini membawa berkah.
  • Kepercayaan terhadap mbo ma di lao tidak terlepas dari kepercayaan terhadap leluhur di laut lainnya, seperti Mbo Janggo dan Mbo Tambiran
  • Serumpun, duwata dan kanal kampung pada dasarnya bertujuan untuk menghormati mbo ma di lao.

ADAT SERUMPUN
  • Saat ini,  Suku Bajo membangun pemukiman dengan prinsip kekerabatan yang dekat. Hal tersebut teridentifikasi dari pembangunan rumah yang berdekatan.  Sebagai contoh, 1 keluarga memiliki anak yang sudah menikah dan menghasilkan keturunan  akan tinggal di dalam satu rumah hingga generasi berikutnya. Ditemui suku bajo tinggal di 1 rumah yang sedikitnya terdiri atas 4 KK (setidaknya 16 orang).
  • Bilamana dalam 1 rumah tidak bisa menampung, maka kepala keluarga akan membangun tempat tinggal yang tidak jauh dari keluarga induk.
  • Serumpun yang ada di Suku Bajo dapat dibagi beberapa bagian:
  1. Lolo: yaitu golongan atau tingkatan dalam Suku Bajo yang dikenal dengan Datok
  2. Ponggawa: yaitu golongan atau tingkatan dalam Suku Bajo yang dikenal dengan kepala desa, RT,RW, dan Kepala Suku Adat
  3. Atata: yaitu golongan atau tingkatan dalam Suku Bajo yang dikenal pesuruh atau babu, pesuruh atau babu yang dimaksud disini adalah seorang anak yang dijual atau yang dibeli
  • Beberapa kasus saat ini menunjukkan bahwa adanya keinginan dari Suku Bajo keluar dari Kampung Bajo dan cenderung bermukim di darat.

ADAT DUWATA
  • Adat duwata saat ini masih dilakukan sebagai ritual pengobatan oleh sebagian Suku Bajo, yang memiliki kemampuan secara finansial.
  • Melakukan ritual duwata membutuhkan biaya yang cukup banyak, menurut tokoh adat sedikitnya dibutuhkan uang sebesar sepuluh juta rupiah untuk menyiapkan sesembahan yang disebut Sri Pinang (sesaji) dan memakai Ula-Ula (bendera punggawa Suku Bajo).
  • Ketika, Suku tidak mampu menyelenggarakan duwata dapat mengganti dengan ritual sesembahan sederhana hanya berupa hanga (daun sirih) dan konau (minuman).
  • Ritual diyakini dapat memanggil roh halus yang dimiliki oleh nenek moyang mereka untuk dimasukkan kepada diri atau individu yang sedang diobati.

ADAT KANAL KAMPUNG
  • Pada dasarnya hidup Suku Bajo adalah di laut. Karena terdorong proses Sakai, Suku Bajo membangun pemukiman di pesisir dengan pola kanal kampung yang bertujuan menghubungkan laut dengan rumah sebagai aktivitas kehidupan sehari-hari.
  • Teridentifikasi terdapat kanal yang digunakan Suku Bajo di Mola Selatan:
  1. Kanal utama sebagai penghubung langsung pemukiman dengan laut.
  2. Kanal pemukiman yang berfungsi sebagai penghubung kanal utama dan pemukiman dan antar rumah
  • Ciri dari kanal yang dimiliki Suku Bajo Mola Selatan adalah setiap 2 rumah dipisahkan oleh 1 kanal.
  • Kanal berfungsi sebagai jalur transportasi.
KORELASI SUKU BAJO DI MOLA SELATAN DAN WISATA BUDAYA--
  • Bagi Suku Bajo menjalankan adat serumpun, duwata, dan kanal kampung mereka lakukan sebagai persembahan untuk mbo ma di lao
  • Adat tersebut merupakan suatu rutinitas, namun oleh pelaku wisata diidentifikasi sebagai kekayaan budaya dari Suku Bajo.
  • Sehingga, ada upaya untuk menjaga keberlangsungan budaya tersebut sekalipun harus mereduksi makna dari adat tersebut

KESIMPULAN
  • Adat istiadat yang dimiliki oleh suku Bajo seperti adat mbo ma di lao, serumpun, duwata, kanal kampung dapat menunjang budaya wisata Wakatobi.
  • Kekayaan budaya Suku Bajo yang dimiliki merupakan potensi untuk menjadi daya tarik pariwisata dan mempengaruhi kesejahteraan.
  • Posisi Suku Bajo sebagai objek wisata budaya dapat berpotensi dikembangkan menjadi pelaku wisata

SARAN
  • Budaya adalah aset penting yang bisa ditawarkan bagi Suku Bajo dan dapat dijadikan daya tarik tersendiri sebagai wisata budaya
  • Sehingga, dibutuhkan dukungan pemerintah daerah setempat untuk menjadikan Suku Bajo sebagai pelaku wisata budaya.
  • Menjadikan Suku Bajo sebagai pelaku akan menimbulkan keuntungan yaitu: meningkatkan perekonomian, lapangan kerja dan pelestarian budaya.

DAFTAR PUSTAKA
  1. Badan Pusat Statistik Kabupaten Wakatobi. 2014. Kecamatan Wangi-Wangi Selatan dalam Angka.  Wakatobi: BPS Kab. Wakatobi. 
  2. Baskara, Benny dan Oce Astuti. 2011. The “Pamali” of Wakatobi Bajo and Role For Marine Conservation. Jakarta: Journal of Indonesia Coral Reefs.
  3. Humas Universitas Indonesia. 2013. Eksekusi Wakatobi: Mempelajari Kearifan Bahari Nusantara. Depok: Universitas Indonesia. 
  4. Minggu,  Abdul Chalik. 2008. Suku Bajo. Banggai: Kerajaan Banggai.
  5. The Culture And Tourism Board of South East Sulawesi. 2012. Objek Wisata Unggulan. Kendari: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sulawesi Tenggara.
  6. Udu, Sudiman. 2012. Pengembangan Pariwisata dan Hilangnya Tanah-Tanah SARA di Wakatobi: Kajian atasa Pertanyaan Masyarakat Adat. Kendari: FKIP Universitas Haluoleo.
  7. Wakatobi Cultural dan Tourism Authority.  2013. Wakatobi Travel Guide.  Wangi-Wangi:  Dinas Kepariwisataan Wakatobi. 

ini adalah hasil karya kami bersama.

Laode Balimu, S.Pd berasal dari SMPN 1 Kaledupa; Sabarudin, M.Pd berasal dari SMAN 1 Gantung; Agus Sunantyo berasal SMAN 1 Tanjung Palas Utara; Hamsari berasal dari SMAN 2 Wangi-Wangi; Bayu Satriyawan berasal dari SMAN 83 Jakarta; Yuni Agus Prasetyo berasal dari SMAN 1 Tanjung Selor; Rony Setyawati berasal dari SMAN 1 Batanghari; Deka Heltien berasal dari SMAN 6 Batanghari
7 Alur Setifikasi Tahun 2015

7 Alur Setifikasi Tahun 2015 - Sertifikasi guru tahun 2015 dilaksanakan melalui Pendidikan Profesi Guru (PPG) yang selanjutnya disebut sertifikasi guru melalui PPG. Berikut alur sertifikasi guru melalui PPG:
  1. Guru calon peserta sertifikasi guru melalui PPG mengikuti seleksi administrasi yang dilakukan oleh dinas pendidikan provinsi dan atau kabupaten/kota.
  2. Semua guru calon peserta sertifikasi guru melalui PPG yang telah memenuhi persyaratan administrasi diikutkan dalam seleksi akademik berbasis data hasil Uji Kompetensi (UKA dan UKG).
  3. Bagi peserta yang lulus seleksi akademik dilanjutkan dengan penyusunan Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL).
  4. Bagi guru yang telah memiliki RPL setara dengan 10 SKS atau lebih ditetapkan sebagai peserta workshop di LPTK. Sedangkan guru yang sudah mencapai sekurang-kurangnya 7 SKS dapat melengkapi kekurangan RPL tersebut dengan durasi waktu maksimal 20 hari sejak diumumkan.
  5. Workshop dilaksanakan selama 16 hari (168 JP) di LPTK meliputi kegiatan pendalaman materi, pengembangan perangkat pembelajaran, Penelitian Tindakan Kelas (PTK)/Penelitian Tindakan layanan Bimbingan dan Konseling (PTBK)/Penelitian Tindakan layanan Teknologi Informasi dan Komunikasi (PTTIK) dan peer teaching/peer counceling yang diakhiri dengan ujian tulis formatif (UTF) dengan instrumen yang disusun oleh LPTK penyelenggara.Peserta sertifikasi guru melalui PPG yang lulus UTF akan dilanjutkan dengan melaksanakan Pemantapan Kemampuan Mengajar (PKM) di sekolah tempat guru bertugas.
  6. PKM dilaksanakan di sekolah selama 2 bulan (diluar libur antar semester) dengan kegiatan-kegiatan sesuai tugas pokok guru yang meliputi penyusunan perangkat pembelajaran (RPP/RPPBK/RPPTIK), melaksanakan proses pembelajaran/layanan konseling/layanan TIK, implementasi PTK/PTBK/PTTIK, melaksanakan penilaian, pembimbingan, dan kegiatan persekolahan lainnya.
  7. Peserta sertifikasi guru melalui PPG yang lulus uji kinerja dan Ujian Tulis Nasional (UTN) akan memperoleh sertifikat pendidik, sedangkan peserta yang belum lulus, diberi kesempatan mengulang sebanyak 2 kali untuk ujian yang belum memenuhi syarat kelulusan. Bagi peserta yang tidak lulus pada ujian ulang kedua, peserta dikembalikan ke dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota untuk memperoleh pembinaan dan dapat diusulkan mengikuti workshoptahun berikutnya.
Demikian berita tentang 7 Alur Setifikasi Tahun 2015, semoga bermanfaat bagi kita semua
sumurresapan
Jakarta – Upaya menimalisir dampak kekeringan harus dilakukan dari tahun ke tahun dengan memperbaiki vegetasi di daerah hulu dan menampung air hujan lewat sumur resapan.
Hal ini harus mulai dilakukan sebab permasalahan rutin yang selalu muncul adalah banjir di saat musim hujan dan kekeringan di saat musim kemarau.
Ahli hidrologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Robert Delinom mengatakan upaya memperbaiki vegetasi di hulu, pembuatan sumur resapan harus diintensifkan.
“Perbaikan kondisi vegetasi hulu sungai diperlukan agar air meresap. Hal ini bisa memberi manfaat ganda saat musim hujan bisa menekan banjir, saat musim kemarau kondisi air tanah terjaga,” katanya di Jakarta, Minggu (8/3).
Perbaikan kondisi vegetasi ini juga disertai langkah menjaga vegetasi hutan dan perbukitan. Selain itu perlu dibuat sumur resapan di daerah-daerah resapan air. Untuk mengatasi potensi kekeringan Jakarta, wilayah selatan Jakarta seperti Depok, Bogor tepat dibuat sumur resapan.
“Semua upaya ini harus dilakukan dengan disiplin dari tahun ke tahun. Dampaknya tidak seperti makan cabe yang dirasakan seketika,” ujarnya.
LIPI pun sudah membuat sistem pencadangan air tanah melalui sumur imbuhan buatan untuk air tanah yang disebut Simbat.
Simbat dengan kedalaman 2 meter diameter 80 centimeter dan injeksi mencapai 20 meter bisa dibuat dengan penyaring sabuk atau ijuk. Kualitas air tadahan hujan pun memenuhi baku mutu air bersih.
Kepala Bidang Teknologi Pengendalian Pencemaran Lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Rudi Nugroho memandang pemahaman terkait manfaat sumur resapan masih minim. Oleh karena itu perlu upaya menggalakkan sumur resapan penampungan air hujan.
Di samping itu, pengolahan limbah cair domestik mesti dimaksimalkan untuk menekan pencemaran sungai.
“Karena musim kemarau cenderung kualitas sungai mmburuk. Melakukan daur ulang air limbah juga perlu dilakukan,” ucapnya.
Teknologi untuk penyediaan air bersih sesungguhnya sudah ada. Rudi menjelaskan teknologi tersebut seperti penggunaan air laut sebagai sumber air bersih dengan menerapkan teknologi desalinasi maka air laut bisa menjadi air tawar.
“Desalinasi bisa dengan metode destilasi. Metode membran maupun panas matahari. Saat ini yang paling banyak diterapkan adalah membran reverse osmosis,” ungkapnya.
Oleh karena itu pemahaman masyarakat akan sumber daya air, kiat-kiat hemat air perlu digencarkan.
Sebelumnya Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan krisis air ini semakin meningkat seiring bertambahnya jumlah penduduk, degradasi lingkungan dan menurunnya ketersediaan air.
Sutopo menjelaskan, menurut kajian Bappenas tahun 2005, untuk wilayah di luar Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek) ditemukan bahwa sekitar 77 persen kabupaten/kota di Jawa telah memiliki satu hingga delapan bulan defisit air dalam setahun.
“Pada tahun 2025 jumlah kabupaten/kota yang defisit air meningkat hingga mencapai sekitar 78,4 persen dengan defisit berkisar mulai dari satu hingga dua belas bulan, atau defisit sepanjang tahun,” katanya.
Di wilayah yang mengalami defisit tersebut lanjutnya, terdapat 38 kabupaten/kota atau sekitar 35 persen telah mengalami defisit tinggi. Khusus wilayah Jabodetabek yang 60 persen pasokan airnya berasal dari waduk Jatiluhur, sekitar 50 persen kabupaten/kota tersebut mengalami defisit air dan diperkirakan meningkat menjadi 100 persen pada tahun 2025.
Bagi Sutopo, kondisi ini perlu mendapatkan perhatian serius dan perlu dilakukan upaya penanganan segera dalam jangka pendek. “Upaya penyediaan air melalui pemanenan air hujan saat musim penghujan dan konservasi tanah perlu dilakukan,” ucapnya.
Penulis: Ari Supriyanti Rikin/AF
Sumber: beritasatu.com9 Maret 2015
Kamis, 12 Maret 2015
Senin, 2 Februari 2015

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) telah melakukan berbagai penelitian dalam rentang rencana strategis 2010-2014. Melalui Pusat Penelitian Kependudukan (P2K), LIPI telah mendalami isu perubahan iklim di berbagai wilayah Indonesia yang rentan terhadap dampak perubahan iklim, serta isu ketenagakerjaan di bidang perikanan. Sebagai tanggung jawab untuk memberikan informasi ke publik mengenai hasil penelitian yang dilakukan, P2K LIPI akan menyelenggarakan diseminasi dengan tema “Dinamika Kependudukan dan Perubahan Lingkungan yang berwawasan Keamanan Insani” pada Selasa, 3 Februari mendatang.
Jakarta, 2 Februari 2014. Selama periode Renstra 2010-2014, berbagai penelitian telah dilakukan oleh P2K LIPI. Kajian ini meliputi (1) migrasi akibat perubahan iklim, (2) kesehatan dan perubahan iklim, (3) adaptasi perubahan iklim pada masyarakat petani dan nelayan, (4) perubahan iklim pada penduduk perkotaan, (5) penyiapan Sumber Daya Manusia (SDM) sektor perikanan, dan (6) kebijakan pendidikan dan pelatihan sektor perikanan.
Temuan penelitian di Kabupaten Lamongan, Lombok Timur dan Lombok Utara menunjukkan migrasi menjadi strategi adaptasi terakhir bagi kelompok masyarakat, khususnya petani, yang terkena dampak perubahan iklim. “Adanya penurunan hasil produksi lahan dan kegagalan panen memaksa penduduk, khususnya laki-laki dan/atau kepala rumah tangga, untuk bekerja di luar daerah asalnya agar dapat mempertahankan ketahanan ekonomi rumah tangga mereka,” ungkap Deputi Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan, Prof. Dr. Aswatini.
Selanjutnya, Aswatini menuturkan dampak perubahan iklim berupa intrusi air laut dan kenaikan permukaan air laut dirasakan oleh komunitas nelayan di pesisir. Kondisi ini berdampak pada penurunan kualitas hidup yang dialami oleh kelompok masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada ketersediaan sumber daya laut dan pariwisata. Selain itu, perubahan iklim berdampak pada kemunculan kembali penyakit vector seperti malaria dan demam berdarah di beberapa daerah di Indonesia.
“Terkait isu ketenagakerjaan di bidang perikanan, sinergitas kelembagaan yang kurang menyebabkan tumpang tindihnyaberbagai usaha peningkatan keahlian sumber daya manusia yang berkecimpung di sektor perikanan,” imbuh Pelaksana Harian Kepala P2K LIPI, Dr. Herry Jogaswara. Oleh karena itu, lanjut Herry, hasil kajianpun menawarkan model pengelolaan SDM yang mampu mengakomodasi nilai dan pengetahuan. Selain itu, penguatan kapasitas individu nelayan dan organisasi nelayan pada level lokal sangat penting untuk mencapai penyerapan tenaga kerja yang optimal di sektor perikanan.
Temuan-temuan ini perlu didistribusikan dan dikritisi oleh pemegang kepentingan dan lembaga terkait. Adapun narasumber yang akan hadir yaitu Prof. Dr. Ir. Akhmad Fauzi M.Sc, Guru Besar Bidang Sumber Daya Lingkungan Institut Pertanian Bogor, Dr. Sukamdi, M.Sc, peneliti senior Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan Universitas Gajah Mada, Ari Muhammad dari Dewan Nasional Perubahan Iklim, serta Arif Satria, jurusan Ekologi Manusia IPB.
 Sebagai informasi, Diseminasi ini akan diselenggarakan pada Selasa, 3 Februari 2015 di Ruang Seminar PDII LIPI, Jakarta. Berbagai mitra dari Kementerian, Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK), perwakilan pemerintah daerah serta Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) akan hadir dalam diseminasi ini.
Rabu, 11 Maret 2015

Jumat, 13 Februari 2015
LKIR merupakan ajang kompetisi ilmiah bagi siswa SMP dan SMA atau sederajat berusia 12-19 tahun. Kompetisi ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan kemampuan para siswa dalam menganalisa permasalahan dan mencari solusi yang tepat melalui penelitian dan aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi.Setiap peserta harus mengikuti semua persyaratan yang tercantum pada informasi di bawah ini sebelum membuat proposal penelitian.

PESERTA LKIR

Peserta LKIR adalah siswa SMP-SMA atau sederajat yang melakukan penelitian dan mengikuti seluruh proses seleksi sesuai dengan aturan yang berlaku.Persyaratan:
  1. Siswa SMP dan SMA atau sederajat, berusia 12-19 tahun terhitung pada tanggal 24 Agustus 2015.
  2. Perorangan atau kelompok maksimal 2 (dua) orang.
  3. Belum pernah menjadi pemenang LKIR dalam kurun waktu dua tahun terakhir.
  4. Melampirkan surat keterangan/rekomendasi dari sekolah/instansi terkait dan daftar riwayat hidup yang berisi: nama lengkap, jenis kelamin, tempat dan tanggal lahir, alamat, sekolah/instansi, nomor telepon/HP, dan email serta diketahui oleh orangtua atau wali.
  5. Karya Ilmiah yang sedang atau pernah diikutsertakan dalam kompetisi ilmiah tingkat nasional lainnya, tidak dapat diikutsertakan dalam LKIR.

BIDANG PENELITIAN

  1. Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan/Social and Behavioral Sciences
    Merupakan kategori LKIR yang berkaitan dengan studi sosial dengan beberapa sub tema: Psikologi (Psikologi Sosial, Psikologi Kognitif, Psikologi Fisiologis), Sejarah, Geografi, Ekonomi, Sosiologi, Antropologi, Politik, dan lainnya.
  2. Ilmu Pengetahuan Hayati (Life Sciences)
    Merupakan kategori LKIR yang berkaitan dengan ilmu alam, berbagai kajian observasi, eksperimentasi, penyimpulan dengan ruang lingkup makhluk hidup, energi dan perubahannya, dan keilmuan tentang alam lainnya, dengan sub tema: Kimia, Biokimia, Biologi, Mikrobiologi, Ilmu Tumbuhan, Ilmu Hewan, Obat dan Kesehatan, Ilmu Lingkungan, Manajemen Lingkungan, Ilmu Matematika, dan lainnya.
  3. Ilmu Pengetahuan Teknik
    Merupakan kategori LKIR yang berkaitan dengan merancang dan menghasilkan perangkat-perangkat, struktur-struktur dan proses-proses yang dapat digunakan serta dapat berupa inovasi produk dan pengembangan system, dengan subtema: Fisika, Energi dan Transportasi, Teknik Mekanika dan Elektronika, Ilmu Komputer, Informatika, Teknik Material & Bioteknologi, dan lainnya.
  4. Ilmu Pengetahuan Kebumian dan Maritim
    Merupakan kategori LKIR yang berkaitan kajian, observasi, dan menghasilkan perangkat-perangkat di bidang ilmu kebumian dan kemaritiman, dengan subtema: Astronomi, Klimatologi, Cuaca, Geokimia, Minerologi, Paleontologi, Geofisika, Geologi, Kelautan/Oseanografi, dan lainnya

PENGHARGAAN

Juara I: Uang tunai beserta piala dan sertifikat
Juara 2: Uang Tunai beserta piala dan sertifikat
Juara 3: Uang tunai beserta piala dan sertifikat
Pemenang akan berkesempatan untuk berpartisipasi di ajang kompetisi ilmiah internasional dan perkemahan remaja di Inggris dan Amerika.
Informasi lebih lanjut dapat mengakses tautan berikut ini:
http://kompetisi.lipi.go.id/lkir47

SEKRETARIAT

Panitia Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR) Ke-47 Tahun 2015
Biro Kerjasama, Hukum dan Humas LIPI
Gedung Sasana Widya Sarwono Lt. 5
Jl. Jend. Gatot Subroto No. 10
Jakarta Selatan 12710
Telp (021) 5225711, ext. 1273, 1274, 1276
Fax. (021) 5251834, 52920839

» Kontak : BKHH

JOGJA – Panitia Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) 2015 masih memberikan waktu bagi generasi muda yang ingin masuk ke PTN. Pendaftaran akan ditutup pada 15 Maret mendatang.
”Bagi masyarakat yang ingin mendaftar SNMPTN masih ada kesempatan lima hari sebelum ditutup. Pengumuman hasil seleksi SNMPTN akan dilakukan pada 9 Mei mendatang,” kata Wakil Rektor UIN Sunan Kali-jaga Sutrisno kepada wartawan di UIN Sunan Kalijaga seperti dikutip Radar Jogja.
Hingga Senin (9/3), secara nasional jumlah pendaftar SNMPTN sebanyak 402.924 dari 11.346 sekolah. Dari jumlah itu, 63.394 di antaranya merupakan pelamar bidik misi. Untuk wilayah DIJ, hingga kini pendaftar di UIN Suka sebanyak 4.245 orang, UGM sebanyak 33.813, UNY sebanyak 21.151 orang.
”Jelang penutupan, biasanya pendaftar semakin banyak. Sebelum penutupan, kami minta segera mendaftar,” pinta Direktur Akademik UGM Sri Peni Wastutiningsih.
Jelang penutupan, Peni meminta kepada sekolah segera mengisi Pangkalan Data Siswa dan Sekolah (PDSS). Sebab, masih ada sejumlah sekolah di Jogjakarta yang belum mengisi PDSS, padahal anak didiknya ada potensi masuk ke PTN yang diinginkan.
”Untuk mencegah penipuan, informasi mengenai SNMPTN  dapat diakses melalui website resmi panitia SNMPTN atau call center 08041450450,” jelas Peni.(jpnn)
- See more at: http://www.jpnn.com/read/2015/03/10/291662/Pendaftaran-Masuk-PTN-Tinggal-5-Hari-Lagi#sthash.FTSZW64H.dpuf
JOGJA – Panitia Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) 2015 masih memberikan waktu bagi generasi muda yang ingin masuk ke PTN. Pendaftaran akan ditutup pada 15 Maret mendatang.
”Bagi masyarakat yang ingin mendaftar SNMPTN masih ada kesempatan lima hari sebelum ditutup. Pengumuman hasil seleksi SNMPTN akan dilakukan pada 9 Mei mendatang,” kata Wakil Rektor UIN Sunan Kali-jaga Sutrisno kepada wartawan di UIN Sunan Kalijaga seperti dikutip Radar Jogja.
Hingga Senin (9/3), secara nasional jumlah pendaftar SNMPTN sebanyak 402.924 dari 11.346 sekolah. Dari jumlah itu, 63.394 di antaranya merupakan pelamar bidik misi. Untuk wilayah DIJ, hingga kini pendaftar di UIN Suka sebanyak 4.245 orang, UGM sebanyak 33.813, UNY sebanyak 21.151 orang.
”Jelang penutupan, biasanya pendaftar semakin banyak. Sebelum penutupan, kami minta segera mendaftar,” pinta Direktur Akademik UGM Sri Peni Wastutiningsih.
Jelang penutupan, Peni meminta kepada sekolah segera mengisi Pangkalan Data Siswa dan Sekolah (PDSS). Sebab, masih ada sejumlah sekolah di Jogjakarta yang belum mengisi PDSS, padahal anak didiknya ada potensi masuk ke PTN yang diinginkan.
”Untuk mencegah penipuan, informasi mengenai SNMPTN  dapat diakses melalui website resmi panitia SNMPTN atau call center 08041450450,” jelas Peni.(jpnn)
- See more at: http://www.jpnn.com/read/2015/03/10/291662/Pendaftaran-Masuk-PTN-Tinggal-5-Hari-Lagi#sthash.FTSZW64H.dpuf
Senin, 09 Maret 2015


Hampir bisa dipastikan bahwa berita dan informasi tentang Pembayaran Tunjangan Profesi Pendidik merupakan salah satu berita yang ditunggu-tunggu kehadirannya oleh para guru dan pengawas sekolah (termasuk saya :D).
Nah, kali ini tentang Pendidikan” akan berbagi informasi tentang  Pembayaran Tunjangan Profesi Pendidik Tahun 2015, –yang diambil dari laman P2TK Dikdas,-
Dalam laman tersebut dijelaskan bahwa pada tahun anggaran 2015, penyaluran tunjangan profesi bagi seluruh guru Pegawai Negeri Sipil Daerah (PNSD) lulusan program sertifikasi tahun 2006 sampai dengan tahun 2014 akan dibayarkan melalui dana transfer daerah.
Sedangkan penyaluran tunjangan profesi bagi guru bukan PNS dan guru PNS binaan provinsi dan pengawas satuan pendidikan dibayarkan melalui pusat.
Kamis, 05 Maret 2015


BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Selama ini  proses pembelajaran  Sejarah di kelas XII Ilmu Pengetahuan Sosial kebanyakan masih mengunakan paradigma yang lama dimana guru memberikan pengetahuan kepada siswa yang pasif. Guru mengajar dengan metode konvensional yaitu metode ceramah dan mengharapkan siswa duduk, diam, dengar, catat dan hafal ( 3DCH ) Sehingga Kegiatan Belajar Mengajar   ( KBM ) menjadi monoton dan kurang menarik perhatian siswa .Kondisi seperti itu tidak akan  meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami mata pelajaran Sejarah.
Memperhatikan permasalahan diatas, sudah selayaknya dalam         pengajaran Sejarah dilakukan suatu inovasi. Jika dalam pembelajaran yang  terjadi sebagian besar dilakukan oleh masing-masing siswa, maka dalam penelitian ini akan diupayakan peningkatan pemahaman siswa melalui pembelajaran kooperatif tipe JIG - STAD berbasis TIK yaitu perpaduan antara Jigsaw dan  Student Team Achiement Division yang berbasis teknologi informasi.
Pembelajaran kooperatif merupakan suatu pendekatan pengajaran yang efektif dalam pencapaian tujuan pendidikan, khususnya dalam keterampilan Interpersonal siswa. Salah satu pendekatan  pembelajaran koperatif adalah dengan tipe JIGSAW dan STAD ( Student Team Achiement Division ). Diharapkan melalui penggabungan pembelajaran kooperatif  dengan tipe JIGSAW dan STAD yang berbasis TIK dapat meningkatkan pemahaman siswa pada mata pelajaran Sejarah serta semangat kebersamaan  dan saling membantu dalam menguasai materi Sejarah, sehingga siswa dapat meningkatkan pemahaman  yang optimal terhadap mata pelajaran Sejarah.
Permasalahan dalam penelitian ini  adalah  tindakan apa yang dilakukan guru untuk meningkatkan pemahaman siswa pada mata pelajaran Sejarah. banyak faktor yang mungkin bisa menjadi penyebab terjadi permasalahan tersebut diatas. Dengan merefleksi bersama antar guru teridentifikasi akar permasalahan diduga penyebab masalah tersebut, yaitu penggunaan strategi pembelajaran yang dilakukan guru Biologi masih konvensional, dominasi guru dalam kelas dominan (teacher  centered strategy).

B.     Perumusan  Masalah
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalahnya adalah apakah pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe JIG - STAD berbasis TIK dapat meningkatkan pemahaman siswa pada materi Proklamasi 17 Agustus 1945 dan Pembentukan Pemerintahan Negara pada Kelas XII IPS-3 SMA Negeri 1 Tanjung Selor?
Rumusan  masalah diatas dirinci sebagai berikut :
1.      Apakah pembelajaran menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe JIG – STAD berbasis TIK dapat meningkatkan pemahaman siswa pada materi Proklamasi 17 Agustus 1945 dan Pembentukan Pemerintahan Negara pada Kelas XII IPS-3 SMA Negeri 1 Tanjung Selor?
2.      Apakah pembelajaran menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe JIG - STAD berbasis TIK dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Proklamasi 17 Agustus 1945 dan Pembentukan Pemerintahan Negara pada Kelas XII IPS-3 SMA Negeri 1 Tanjung Selor?

C.    Pemecahan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka alternatif cara pemecahan sebagai berikut :
1.      Untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan pemahaman siswa pada mata pelajaran Sejarah melalui pendekatan kooperatif  tipe   JIG – STAD  berbasis TIK dengan  memperbaiki strategi pembelajaran.
2.      Untuk mengetahui  ada  tidaknya hasil peningkatan siswa dalam           pemahaman mata pelajaran Sejarah, dengan pendekatan koperatif  tipe JIG – STAD berbasis TIK, lalu merancang evaluasi dan situasi belajar dengan pembentukan kelompok-kelompok belajar
   
D.    Tujuan  Penelitian
Tujuan penelitian  ini untuk memperbaiki berbagai masalah yang timbul dalam pembelajaran Sejarah di kelas XII IPS-3 SMA Negeri 1 Tanjung Selor.
Adapun tujuan secara Rinci sebagai berikut :
1.      Untuk memperbaiki peningkatan pemahaman siswa pada mata pelajaran Sejarah dengan mengubah strategi pembelajaran
2.      Untuk melihat hasil dari strategi pembelajaran dengan melakukan observasi

E.     Manfaat  Hasil  Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat memberi manfaat :
1.      Bagi guru dapat  menerapkan inovasi baru dalam proses pembelajaran karena  guru akan mengubah paradigma stategi pembelajaran.
2.      Siswa semakin termotivasi untuk meningkat pemahaman mata pelajaran Sejarah.

 BAB II
METODE PENELITIAN

 A.    Desain Penelitian
Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). PTK berawal dari kesadaran guru akan adanya permasalahan yang muncul pada proses pembelajaran di kelas. Seperti yang sudah diungkapkan dalam bab terdahulu, guru sebagai peneliti menemukan kekurangberhasilan proses dan hasil pemelajaran pada pembelajaran sejarah khususnya pada materi peristiwa sekitar Proklamasi 17 Agustus 1945 dan Pembentukan Pemerintahan Negara. Kegagalan tersebut terutama bersumber dari kekurangtepatan dalam menggunakan metode pembelajaran. Sebagai upaya untuk mengatasi permasalahan diatas, peneliti melakukan tindakan yang bertujuan untuk meningkatkan proses dan hasil belajar siswa. Tindakan tersebut adalah menerapkan model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw – STAD berbasis TIK.
Pada PTK ini, guru bertindak sebagai peneliti dan bekerja sama dengan 1 orang kolaborator yang juga berprofesi sebagai guru bidang studi Sejarah.

B.     Setting Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 1 Tanjung Selor,. Waktu penelitian berlangsung pada semester ganjil tahun pelajaran 2010/2011.
Subjek penelitian berjumlah 24 siswa terdiri atas 15 siswa perempuan dan 8 siswa laki-laki yang duduk dikelas XII IPS 3 

C.     Prosedur  Penelitian
Prosedur penelitian tindakan kelas ini hanya dibatasi dalam dua siklus yang masing-masing meliputi: persiapan tindakan – implementasi tindakan – pemantauan dan evaluasi – refleksi. Untuk mengetahui kemampuan awal siswa dalam memahami materi sejarah pada konsep peristiwa sekitar Proklamasi 17 Agustus 1945 dan Pembentukan Pemerintahan Negara, pada pra tindakan guru memberikan materi tentang konsep awal tentang peristiwa sekitar Proklamasi 17 Agustus 1945 dan Pembentukan Pemerintahan Negara. Kegiatan dimulai dengan memberikan materi tentang peristiwa sekitar Proklamasi 17 Agustus 1945 dan Pembentukan Pemerintahan Negara, kemudian membentuk kelompok awal dengan jumlah dalam 1 kelompok 4 orang, kemudian guru memberikan tugas kepada setiap kelompok untuk membahas sub topic yang akan dibahas. Pada Siklus I tindakan yang dilakukan adalah menerapkan model pembelajaran cooperative learning tipe Jigsaw – STAD berbasis TIK, yaitu ketika diskusi awal mereka melakukan system jigsaw (tim ahli), sedangkan untuk evaluasi yang dilakukan dengan menggunakan model STAD, informasi yang mereka peroleh dapat diambil dari fasilitas internet melalui browsing informasi, mempresentasikan hasil kerja dengan menggunakan media macromedia flash atau Microsoft power point. Setelah pembelajaran atau tindakan pada siklus I berakhir, guru, kolaborator dan siswa mengadakan diskusi dan refleksi untuk menemukan berbagai kelemahan ataupun kelebihan. Temuan pada siklus I dijadikan pertimbangan untuk memperbaiki rancangan pembelajaran Siklus II.



 








D.     Teknik Pemantauan
         Ada beberapa teknik pemantauan yang diterapkan pada PTK ini,
1.      Pengamatan partisipatif, yaitu dilakukan oleh guru yang bersangkutan dan satu orang kolaborator, pengamatan ini dilakukan untuk merekam perilaku, aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
2.      Teknik wawancara secara bebas, dilakukan untuk mengungkap data yang diungkapkan dengan kata-kata secara lisan tentang sikap, pendapat, wawasan subjek penelitian maupun kolaborator mengenai baik buruknya proses pembelajaran yang telah berlangsung.
3.      teknik pemanfaatan data dokumen meliputi : silabus dan sistem penilaian, catatan guru, hasil nilai unjuk kerja, hasil pengisian angket siswa, foto-foto kegiatan pembelajaran

E.      Kriteria Keberhasilan Tindakan
Untuk memudahkan pemantauan, analisis dan pengambilan kesimpulan terhadap kebrhasilan tindakan yang dilakukan, perlu ditetapkan kriteria keberhasilan tindakan. Untuk itu peneliti dan kolaboratpr menentukan kriteria sebagai berikut.
1.      peningkatan kualitas proses relajar siswa dengan indikator :
a.       adanya peningkatan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran
b.      adanya peningkatan kerjasama antarsiswa dalam melaksanakan tugas-tugas pembelajaran
2.      peningkatan hasil belajar siswa dengan indicator
a.       adanya peningkatan perasaan puas pada siswa
b.      adanya peningkatan kompetensi psikomotor, afektif dan kognitif siswa dalam pembelajaran ini

F.      Teknik Analisis Data
Dalam menganalisis data, peneliti membandingkan dan mendiskusikan catatan peneliti dengan catatan kolaborator. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini sebagian besar berupa analisis deskriptis kualitatif. Teknik ini digunakan untuk mengolah data yang bersifat kualitatif, baik yang berhubungan dengan keberhasilan proses maupun hasil pembelajaran. Adapun data yang bersifat kuantitatif seperti nilai unjuk kerja (hasil diskusi dan laporan) akan dianalisis dengan teknik deskriptif kuantitatif sederhana, yakni dengan membandingkan nilai rerata. 
Analisis data yang akan dilakukan meliputi empat tahap. Tahap pertama, data yang terkumpul dari berbagai instrument seperti lembar pengamatan, catatan guru, angket siswa, catatan hasil kegiatan wawancara, hasil tes unjuk kerja, dan dokumentasi foto dikelompokkan menurut pokok permasalahan yang sejenis. Tahap kedua, data tersebut disajikan secara deskriptif kualitatif. Tahap ketiga adalah inferensi, yaitu menyajikan data dalam bentuk tabel atau diagram. Tahap keempat adalah penarikan kesimpulan secara induktif, yaitu menafsirkan data yang sudah dikelompokkan.
Dari hasil analisis data diatas, akan ditarik kesimpulan secara keseluruhan dengan menyatakan kebenaran hipotesis tindakan yang telah ditetapkan.