Profil Saya
- Agus Sunantyo
- Staff Pengajar di SMA Negeri 1 Tanjung Selor Masa kerja : 26 Juli 1989 - sekarang, Mengajar : Sejarah dan Geografi, Pembina Ekskul : KIR,Basket,Karate
Blog Archive
-
▼
2015
(8)
-
▼
Maret
(8)
- Seruduk Mboh Ma di Lao ( Adat suku Bajo Mola Selat...
- 7 Alur Setifikasi Tahun 2015 7 Alur Setifikasi Tah...
- Perbaikan Vegetasi dan Sumur Resapan Tekan Dampak ...
- LIPI Diseminasikan Kajian Kependudukan dan Perubah...
- Informasi Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR) Ke-47 T...
- Pembayaran Tunjangan Profesi Pendidik Tahun 2015
- PENERAPAN PEMBELAJARAN JIG – STAD BERBASIS TIK SEB...
- GO GREEN SCHOOL
-
▼
Maret
(8)
Materi Sejarah
Materi Geografi
Diberdayakan oleh Blogger.
Entri Populer
-
Pernyataan Seruduk Mbok Di Laut Menunjang Wisata Budaya Wakatobi sesungguhnya adalah suatu akronim dari eksistensi adat Serumpun, Duwata, ...
-
FORMAT PENULISAN a. Usul Penelitian dibuat dengan ukuran kuarto (A4) atau F4 b. Sampul Usul Penelitian c. Pengetikan Usul Pe...
-
A. ABSTRAK Maksimal dua halaman Merupakan sebuah esei yang utuh tanpa mempunyai sub ...
-
Cara Membuat Makalah Yang Baik dan Benar , berikut rangkuman caranya: Langkah-Langkah Dalam Membuat Makalah: 1. Sebelum membuat makalah ...
-
1. PEDOMAN UMUM a. Artikel ilmiah ditulis dalam bahasa Indonesia atau Inggris dengan kerapatan 1,5 spasi. b. Menggunakan ...
-
Disampaikan informasi kepada peserta didik kelas XI ( Geografi ) dan XII ( Sejarah )bahwa penyerahan proposal KTI dan Hasil KTI sebagai beri...
-
Bagi seluruh peserta didik kelas XI-IPS setelah melaksanakan ujian semester 2 mata pelajaran geografi tahun 2012 diberitahukan bahwa : 1. ...
-
Ketentuan Umum : 1. Kertas A4 2. Times Roman 12 3. Spasi 1.5 4. Kelompok kerja 5. Dikumpulkan pada pertemuan I setelah liburan Idul Fit...
-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Selama ini proses pembelajaran Sejarah di kelas XII Ilmu Pengetahuan Sosial keban...
-
Sehubungan dengan semakin dekatnya pelaksanaan Ujian Semester Genap maka untuk pengumpulan KTI sebagai tugas akhir mata pelajaran Geografi b...
Followers
Sabtu, 14 Maret 2015

Jakarta – Upaya menimalisir dampak
kekeringan harus dilakukan dari tahun ke tahun dengan memperbaiki
vegetasi di daerah hulu dan menampung air hujan lewat sumur resapan.
Hal ini harus mulai
dilakukan sebab permasalahan rutin yang selalu muncul adalah banjir di
saat musim hujan dan kekeringan di saat musim kemarau.
Ahli hidrologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Robert Delinom mengatakan upaya memperbaiki vegetasi di hulu, pembuatan sumur resapan harus diintensifkan.
“Perbaikan kondisi
vegetasi hulu sungai diperlukan agar air meresap. Hal ini bisa memberi
manfaat ganda saat musim hujan bisa menekan banjir, saat musim kemarau
kondisi air tanah terjaga,” katanya di Jakarta, Minggu (8/3).
Perbaikan kondisi
vegetasi ini juga disertai langkah menjaga vegetasi hutan dan
perbukitan. Selain itu perlu dibuat sumur resapan di daerah-daerah
resapan air. Untuk mengatasi potensi kekeringan Jakarta, wilayah selatan
Jakarta seperti Depok, Bogor tepat dibuat sumur resapan.
“Semua upaya ini harus
dilakukan dengan disiplin dari tahun ke tahun. Dampaknya tidak seperti
makan cabe yang dirasakan seketika,” ujarnya.
LIPI pun sudah membuat sistem pencadangan air tanah melalui sumur imbuhan buatan untuk air tanah yang disebut Simbat.
Simbat dengan kedalaman 2
meter diameter 80 centimeter dan injeksi mencapai 20 meter bisa dibuat
dengan penyaring sabuk atau ijuk. Kualitas air tadahan hujan pun
memenuhi baku mutu air bersih.
Kepala Bidang Teknologi
Pengendalian Pencemaran Lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi Rudi Nugroho memandang pemahaman terkait manfaat sumur resapan
masih minim. Oleh karena itu perlu upaya menggalakkan sumur resapan
penampungan air hujan.
Di samping itu, pengolahan limbah cair domestik mesti dimaksimalkan untuk menekan pencemaran sungai.
“Karena musim kemarau cenderung kualitas sungai mmburuk. Melakukan daur ulang air limbah juga perlu dilakukan,” ucapnya.
Teknologi untuk
penyediaan air bersih sesungguhnya sudah ada. Rudi menjelaskan teknologi
tersebut seperti penggunaan air laut sebagai sumber air bersih dengan
menerapkan teknologi desalinasi maka air laut bisa menjadi air tawar.
“Desalinasi bisa dengan
metode destilasi. Metode membran maupun panas matahari. Saat ini yang
paling banyak diterapkan adalah membran reverse osmosis,” ungkapnya.
Oleh karena itu pemahaman masyarakat akan sumber daya air, kiat-kiat hemat air perlu digencarkan.
Sebelumnya Kepala Pusat
Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)
Sutopo Purwo Nugroho mengatakan krisis air ini semakin meningkat seiring
bertambahnya jumlah penduduk, degradasi lingkungan dan menurunnya
ketersediaan air.
Sutopo menjelaskan,
menurut kajian Bappenas tahun 2005, untuk wilayah di luar Jakarta,
Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek) ditemukan bahwa sekitar
77 persen kabupaten/kota di Jawa telah memiliki satu hingga delapan
bulan defisit air dalam setahun.
“Pada tahun 2025 jumlah
kabupaten/kota yang defisit air meningkat hingga mencapai sekitar 78,4
persen dengan defisit berkisar mulai dari satu hingga dua belas bulan,
atau defisit sepanjang tahun,” katanya.
Di wilayah yang
mengalami defisit tersebut lanjutnya, terdapat 38 kabupaten/kota atau
sekitar 35 persen telah mengalami defisit tinggi. Khusus wilayah
Jabodetabek yang 60 persen pasokan airnya berasal dari waduk Jatiluhur,
sekitar 50 persen kabupaten/kota tersebut mengalami defisit air dan
diperkirakan meningkat menjadi 100 persen pada tahun 2025.
Bagi Sutopo, kondisi ini
perlu mendapatkan perhatian serius dan perlu dilakukan upaya penanganan
segera dalam jangka pendek. “Upaya penyediaan air melalui pemanenan air
hujan saat musim penghujan dan konservasi tanah perlu dilakukan,”
ucapnya.
Penulis: Ari Supriyanti Rikin/AF
Sumber: beritasatu.com, 9 Maret 2015
Langganan:
Posting Komentar (Atom)